Diskusi Forum Aneuk Ranto, Menjadi Aceh di Luar Aceh, In Summarize

Diskusi Aneuk Ranto ini menghadirkan Tan Sri Dato' Seri Sanusi Junid. Sanusi Junid adalah putra Aceh kelahiran Kampung Yan, Kedah, Malaysia, pada 10 Juli 1943 silam itu, merupakan tokoh yang amat berjasa dalam bidang politik dan pembangunan di Malaysia.

Profil lengkap beliau bisa langsung diintip di blog pribadinya --> http://sanusijunid.blogspot.sg/

Dari 3 kali kesempatan mendengarkan petuah beliau, satu hal yang selalu muncul dalam bahan diskusi adalah "The Aceh Code". Hal ini didasarkan pada saat Kerajaan Aceh Bandar Darussalam berdiri, Sultan Ali Mughayat Syah mengistiharkan “The Aceh Code” atau "Dasar Kerajaan Aceh".  
"The Aceh Code" ini merupakan 21 kewajiban yang harus dilakukan oleh seluruh rakyat Rakyat Aceh pada saat itu.

21 Kewajiban "The Aceh Code" tersebut adalah:

  • Pertama, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang lelaki lagi mukaallaf dan bukan gila iaitu hendaklah membawa senjata ke mana-mana pergi berjalan siang-malam iaitu pedang atau sikin panjang atau sekurang-kurangnya rincong tiap-tiap yang bernama senjata.
  • Kedua, tiap-tiap rakyat mendirikan rumah atau masjid atau baleeh-baleeh atau meunasah maka pada tiap-tiap tihang di atas puting di bawah bara hendaklah di pakai kain merah dan putih sedikit yakni kain putih.
  • Ketiga, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh iaitu bertani utama lada dan barang sebagainya.
  • Keempat, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengajar dan berlajar pandai emas dan pandai besi dan pandai tembaga beserta ukiran bunga-bungaan.
  • Kelima, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang perempuan iaitu mengajar dan belajar membikin tepun (tenun) bikin kain sutera dan kain benang dan menjaid dan menyulam dan melukis bunga-bunga pada kain pakaian dan barang sebagainya.
  • Keenam, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar jual-beli dalam negeri dan luar negeri dengan bangsa asing.
  • Ketujuh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar ilmu kebal.
  • Kedelapan, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh yang laki-laki mulai taklif syarak umur lima belas tahun belajar dan mengajar main senjata dengan pendekar silek dan barang sebagainya.
  • Kesembilan, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh dengan wajib ain belajar dan megajar ilmu agama Islam syariah Nabi Muhammad SAW atas almariq ( berpakaian ) mazhab ahlu-sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
  • Kesepuluh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh menjauhkan diri daripada belajar dan mengajar ilmu kaum tujuh puluh dua yang di luar ahli sunnah wal jamaah r. ah ajmain.
  • Kesebelas, sekalian hukum syarak yang dalam negeri Aceh diwajibkan memegang atas jalan Mazhab Imam Syafi'i r.a. di dalam sekalian hal ehwal hukum syarak syariat Nabi Muhammad SAW. Maka mazhab yang tiga itu apabila mudarat maka dibolehkan dengan cukup syartan ( syarat ). Maka dalam negeri Aceh yang sahih-sah muktamad memegang kepada Mazhab Syafi'i yang jadid.
  • Keduabelas, sekalian zakat dan fitrah di dalam negeri Aceh tidak boleh pindah dan tidak diambil untuk buat bikin masjid-masjid dan balee-balee dan meunasah-meunasah maka zakat dan fitrah itu hendaklah dibahagi lapan bahagian ada yang mustahak menerimanya masing-masing daerah pada tiap-tiap kampung maka janganlah sekali-kali tuan-tuan zalim merampas zakat dan fitrah hak milik yang mustahak dibahagi lapan.
  • Ketigabelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh membantu kerajaan berupa apa pun apabila fardhu sampai waktu datang meminta bantu.
  • Keempatbelas, diwajibkan diatas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar mengukir kayu-kayu dengan tulisan dan bunga-bungaan dan mencetak batu-batu dengan berapa banyak pasir dan tanah liat dan kapur dan air kulit dan tanah bata yang ditumbok serta batu-batu karang dihancur semuanya dan tanah diayak itulah adanya.
  • Kelimabelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh belajar dan mengajar Indang Mas di mana-mana tempatnya dalam negeri.
  • Keenambelas, diwajibkan di atass sekalian rakyat Aceh memelihara ternakan seperti kerbau dan sapi dan kambing dan itik dan ayam tiap-tiap yang halal dalam syarak agama Islam yang ada memberi manfaaf pada umat manusia diambil ubat.
  • Ketujuhbelas, diwajibkan ke atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan khanduri Maulud akan Nabi SAW, tiga bulan sepuluh hari waktunya supaya dapat menyambung silaturrahmi kampung dengan kampung datang mendatangi kunjung mengunjung ganti-berganti makan khanduri maulut.
  • Kedelapanbelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa hendaklah pada tiap-tiap tahun mengadakan Khaduri Laut iaitu di bawah perintah Amirul Bah yakni Panglima Laot.
  • Kesembilanbelas, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh mengerjakan Khanduri Blang pada tiap-tiap kampung dan mukim masing-masing di bawah perintah Penglima Meugoe dengan Kejrun Blang pada tiap-tiap tempat mereka itu.
  • Keduapuluh, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa tiap-tiap pakaian kain sutera atau benang atau payung dan barang sebagainya yang berupa warna kuning atau warna hijau tidak boleh memakainya kecuali yang boleh memakainya iaitu Kaum Bani Hasyim dan Bani Muthalib yakni sekalian syarif-syarif dan sayed-sayed yang turun menurun silsilahnya daripada Saidina Hasan dan Saidina Husin keduanya anak Saidatina Fatima Zahra Nisa' Al-Alamin alaihassalam binti Saidina Rasulullah Nabi Muhammad SAW; dan warna kuning dan warna hijau yang tersebut yang dibolehkan memakainya iaitu sekalian kaum keluarga ahli waris Kerajaan Aceh Sultan yang raja-raja dan kepada yang telah diberi izin oleh kerajaan dibolehkan memakainya; kepada siapapun.
  • Keduapuluhsatu, diwajibkan di atas sekalian rakyat Aceh bahawa jangan sekali-kali memakai perkataan yang hak kerajaan: Pertama titah kedua sabda ketiga Karunia keempat Nugerahi kelima Murka keenam Daulat ketujuh Seri Pada ( Paduka ) kedelapan Harap Mulia kesembilan Paduka Seri kesepuluh Singgahsana kesebelas Takhta keduabelas Duli Hadrat ketigabelas Syah Alam keempatbelas Seri Baginda kelimabesar Permaisuri keenambelas Ta.

Dari 21 poin "The Aceh Code" di atas, poin penting yang dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk saat ini setiap orang harus memiliki 5 esensi berikut:

  1. AMANAH (Amanah direpresentasikan dalam pasal 17, 18 dan 19.)
  2. BERANI (Berani terangkum dalam pasal 1, 7 dan 8)
  3. DISIPLIN (Disiplin terkandung dalam pasal 2, 9, 10, 11, 12 dan 13.)
  4. RAJIN ( Rajin ditemukan dalam pasal 3, 4, 5, 6, 14, 15 dan 16. )
  5. SETIA (Setia pula dapat kita lihat pada pasal 20 dan 21.)

Dari forum ini juga disebutkan bahwa setiap orang dalam melakukan sesuatu, hendaklah tetap fokus akan apa yang dikerjakan. Jangan belum menunjukkan prestasi, sudah berharap penghargaan. Quotes Bahasa Aceh berikut bisa menjadi rujukan, "Ho ho ka jak, bek kamita pangkat. Ka mita buet!".

Semua pembangunan juga harus berdasarkan ajaran agama Islam, means berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Bangsa lain bisa mengambil hikmah satu ayat Al-Qur'an sebagai landasan semangat menuju kemajuan. Bangsa Aceh saat ini, hafal Quran luar-dalam, tapi output yang dihasilkan hanyalah berdebat soal tongkat ketika khatib naik mimbar. Energi yang seharusnya bisa dimanfaatkan ke arah yang lebih positif.

Kebiasaan rakyat Aceh yang terlalu bangga dengan sejarah juga harus diubah. Mengingat akan sejarah sangat penting. Tapi lebih penting lagi bagaimana caranya kita bisa menciptakan sejarah. Dalam hal positif tentunya. Bangsa Aceh saat ini sudah harus berpikir, bagaimana membuat sesuatu hal yang bisa dibanggakan oleh anak cucu nanti, jangan malah lalai dengan sejarah masa lalu saja. Semangat saja tidaklah cukup. Human resources juga harus dilengkapi dengan otak yang smart.

Tapi smart bukanlah segalanya. Akal harus diimbangi dengan akhlak. Jangan fokus menanamkan akal pada setiap orang, tapi lebih fokus terhadap nilai (moral). Karena jika tidak, maka orang bodoh akan jadi pencuri kampung, dan orang pandai akan jadi pencuri elit seperti koruptor. Education is not everything. Bisa jadi program beasiswa yg diluncurkan oleh pemerintah Aceh maupun Indonesia adalah program yang SALAH. IMTAQ dan IPTEK harus seiring sejalan. Hadits di bawah mungkin cocok dijadikan rujukan.

إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (BUKHARI – 6015)

Sungguh benarlah ucapan Rasulullah sholallahu’alaihi wa sallam di atas. “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Amanah yang paling pertama dan utama bagi manusia ialah amanah ketaatan kepada Allah, Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa alam semesta dengan segenap isinya. Manusia hadir ke muka bumi ini telah diserahkan amanah untuk berperan sebagai khalifah yang diwajibkan membangun dan memelihara kehidupan di dunia berdasarkan aturan dan hukum Yang Memberi Amanah, yaitu Allah subhaanahu wa ta’aala. Manusia pada umumnya amat zalim dan amat bodoh. Sebab tidak sedikit manusia yang dengan terang-terangan mengkhianati amanat ketaatan tersebut. Tidak sedikit manusia yang mengaku beriman tetapi tatkala memiliki wewenang kepemimpinan mengabaikan aturan dan hukum Allah ta’aala.  

=====Tan Sri Dato' Seri Sanusi Junid====

Jakarta, Rabu, 13 April 2016
The Atjeh Connection
Forum Aneuk Ranto

===============================